Friday, April 17, 2009

OTORITAS KELUARGA - Komsel Minggu 4 Maret 2009


Sekarang kita masuk ke dalam sebuah tema yang sangat penting, tetapi jarang diangkat sebagai tema khotbah, karena kuatir tema otoritas bersifat sensitive dan menyinggung. Tetapi semakin jarang diangkat, justru akan makin membuat banyak orang Kristen bingung dan kemudian salah persepsi tentang otoritas dan makin lama makin mengendapkan potensi kuat untuk menjadi tersinggung. Dan tentu saja sesungguhnya, orang Kristen tidak perlu tersinggung karena kita semua berada di bawah otoritas Tuhan. Mereka yang masih tersinggung dengan otoritas Tuhan berarti menjadikan dirinya ‘tuhan’ kecil, dan Allah membenci hal ini. Jadi tema ini harus diangkat dan ditaati oleh semua orang Kristen, tanpa kecuali.
Allahlah yang mengadakan otoritas (lihat Rm. 13:15). Allah adalah Allah yang berkuasa dan Ia ingin manusia ciptaanNya tunduk pada kuasaNya. Dan Ia membangun lembaga2 otoritas, antara lain ; otoritas keluarga, otoritas pemerintah, otoritas gereja, dan otoritas dalam dunia pekerjaan (bisnis). Allah membenci orang2 yang congkak, artinya Allah membenci orang yang tidak mau rendah hati dan tunduk pada otoritas, tetapi yang memberontak melawan otoritas yang telah diadakan Allah (1Pet.5:5).
Banyak orang Kristen yang mengira orang yang tunduk pada otoritas adalah orang2 yang lemah. Mereka mengira bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang kalah. Mereka mempunyai konsep/asumsi bahwa menjadi seseorang yang hebat adalah dengan menunjukkan kekuatan, seperti teori Darwin tentang ‘Survival of the fittest’, yang paling kuat adalah yang bertahan dan menang. Kalau mau hebat, tunjukkan kekuatanmu supaya kamu menang dan orang menjadi takut dan menghormatimu. Kira2 seperti inilah penerapan teori Darwin tersebut di dalam hidup sehari2. Prinsip ini sangat berlaku di dunia dan menjadi pegangan hidup. Kalau ingin dihormati, jadilah kaya, karena dengan kekayaan dunia engkau mempunyai kekuatan dan orang akan menghormatimu. Kalau ingin hebat, cari dan bangunlah kehormatan untuk dirimu sendiri, buatlah orang takut padamu dan lawanlah semua yang menghalangimu, jikalau memang harus menyikut, menyimpang, melawan dan membunuh demi kehormatan, lakukanlah agar engkau menjadi orang yang kuat dan tidak dipandang sebelah mata. Dan lainnya… Banyak suara2 yang salah di sekitar kita bahwa pemberontakan itu oke…
Di keluarga, jika orangtuamu banyak kelemahan, papa tidak jadi teladan dan suka memukul atau menghina, tunggu waktunya maka saya akan membalas. Ini kisah nyata, ada seorang siswa SMP yang ingin membunuh ayahnya karena ia sering melihat mamanya dipukul ayahnya dan ia pun sering dipukul. Tidak perlu menghormati orangtua dan semua peraturan di rumah karena memang semua kacau. Tunjukkan kekuatan dirimu dengan melawan, setidaknya nanti.
Di sekolah, menyonteklah, berkelahilah demi gengsimu kalau engkau dihina, tawuran saja untuk tunjukkan kekuatanmu, lawanlah guru, jangan ikuti aturan, dsb.
Di lingkungan pertemanan juga harus menjadi yang nomor satu. Di gereja juga tidak perlu tunduk pada ordo. Kalau saya tidak suka, ya lawan saja. Kita sama2 manusia kok, mereka pemimpin juga manusia, bedanya hanya mereka punya jabatan..
Dan lain sebagainya dalam dunia bisnis, dan pemerintahan juga demikian halnya… semua ini tentang perlawanan terhadap otoritas.
Teman2, teori Darwin tersebut tidak berlaku di dalam terang Alkitab karena memang bertentangan dengan prinsip Alkitab. Tetapi yang menyedihkan, banyak orang Kristen di dalam lingkungan gereja memegang prinsip ini, dan celakanya mereka melayani. Gereja akhirnya menjadi ajang/arena menunjukkan siapa yang hebat. Mereka tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja, dengan dalih mereka hanya mau tunduk kepada Tuhan dan Alkitab.
Teman2, untuk orang2 demikian, Alkitab berkata dengan keras bahwa ‘mereka adalah penipu’, di dalam1 Yoh. 4:20, ‘Jikalah seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.’ Jadi, jika seseorang tidak tunduk kepada otoritas pemimpin gereja (yang kelihatan), yang telah ditetapkan Allah, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Rumusnya adalah, tidak mengasihi gereja (pemimpin2 gereja) = tidak mengasihi Allah.
Jadi, orang Kristen yang dewasa bukanlah orang Kristen yang tidak tunduk pada otoritas dan berani menentang, melainkan sebaliknya menaati otoritas karena Allah mengadakan ordo otoritas. Seseorang tidak harus melawan, menentang atau memberontak untuk menunjukkan keberaniannya. Sebaliknya, seseorang yang berani adalah mereka yang mampu menyangkal kehendak dirinya untuk melawan dan menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada pemimpin yang telah diberikan Allah.
Hal ini memang bermula dalam keluarga. Karena itu peran orangtua dalam menanamkan kerendahan hati untuk taat kepada otoritas sangat penting. Dan hal ini dimulai dengan ketaatan anak kepada otoritas orangtua. Jika seseorang tidak taat kepada orangtua, ia pasti tidak akan taat kepada otoritas di luar keluarga. Dan jika seseorang bermasalah dengan otoritas di masyarakat, dapat dipastikan ia bermasalah dengan otoritas di dalam keluarganya (terhadap orangtuanya). Karena itu, sangat penting seseorang untuk taat kepada otoritas keluarga, karena jika tidak akan ada akibat yang akan diterima, yang telah ditetapkan Allah, yaitu antara lain kehilangan warisan iman yang berharga (1Sam. 13:13-15), pelayanan rusak (1Sam. 15:28).
Apakah engkau adalah seorang yang taat kepada otoritas keluarga?


Oleh : Ev Pangsuri

Penerimaan Diri IV - Komsel Minggu 3 Maret 2009


Dalam bagian ini, kita akan mengakhiri tema penerimaan diri, tetapi bukan artinya kita berhenti bergumul tentang penolakan dan penerimaan diri. Tema tentang penolakan dan penerimaan diri menjadi sebuah proses hingga akhir hayat kita, bahkan perlu diwariskan kepada anak cucu kita sebagai sesuatu yang harus digumulkan oleh mereka, bahkan generasi berikutnya.
Dalam bagian ini, kita akan melihat ada prinsip yang perlu kita miliki dalam menjalani hidup sebagai anak2 Tuhan : kebahagiaan kita tidak tergantung pada kecantikan lahiriah kita, melainkan pada kemampuan kita untuk mengalami karakter Tuhan Yesus Kristus; dan, kebahagiaan/kepuasan sejati akan dirasakan pada kita menjadi alat Tuhan yang unik dalam berbagian memberitakan Kristus. Pernahkah engkau merasakan bahagia yang sangat amat setelah orang lain mendengarkan atau merasakan siapa Kristus melalui diri kita? Dapatkah seorang karyawan perusahaan atau pemimpin perusahaan merasakan kepuasan atau kebahagian seperti ini? Jawabannya adalah ya, karena Tuhan hendak memakai tiap2 orang Kristen menurut keunikannya masing2.
Perbedaan penampilan, kemampuan/talenta, keturunan, dan warisan social adalah cara khusus Allah untuk memakai kita menjadi alatNya yang unik dalam menyampaikan berita tentang Tuhan Yesus. Jadi, kita tidak boleh menghina diri kita karena kekurangan dan kelemahan kita. Tetapi sebaliknya, syukurilah itu karena semua itu berasal dari Allah dan Allah mempunyai tujuan dengan semua itu. D.L. Moody dari seorang tukang sepatu dipakai Allah dengan unik dalam segala hal yang dimiliki dalam hidupnya, bayangkan apa jadinya jika Moody tidak minder dan terus menerus menolak dirinya yang adalah tukang sepatu.. Demikian juga Lena Maria seorang yang tidak mempunyai kedua tangannya dipakai Allah dengan cara yang unik, apakah kurangnya fisik kita dibandingkan dengan Lena Maria? Kita jauh lebih baik. Tetapi mungkin juga kita jauh lebih buruk dalam meresponi panggilan Allah.
Allah juga hendak memakaimu dalam keunikanmu (kelebihan dan kekurangan), maukah engkau dipakai Allah? Jika ya, Allah ingin kita berespon terhadap panggilanNya untuk hidup sesuai dengan nilai-nilaiNya. Mulailah dengan menggumulkan dan melakukan nilai2 ini. Nilai2Nya secara jelas dapat dilihat di dalam khotbah di bukit (Mat.5:1-12) : rendah hati, kelembutan, berduka rohani dan mengampuni sesama, hati yang murni (pure), lapar rohani, pembawa damai (peacemaker) dan tekun dalam menghadapi penderitaan seperti Kristus. Semua nilai ini adalah sikap menerima diri.
Nilai2 manakah yang kita belum berespon dengan baik dalam menjalankan untuk memuliakan Allah? Hafalkan, ingat, dan lakukanlah nilai2 ini, maka Allah akan sungguh memakaimu.

Penerimaan Diri III - Komsel Minggu 2 Maret 2009


Di dalam bagian ini, kita akan lebih melihat pada apa yang menjadi focus hidup orang Kristen. Hal ini sangat penting karena hal ini menjadi yang paling mendasar dalam hidup seseorang. Jika yang menjadi focus hidup seseorang adalah harta, maka dia akan rela bangun subuh jam 3 pagi untuk mengejar uang 10 juta pada jam 4 pagi. Bangun pagi tidak menjadi soal karena ia mendapatkan ‘ganti’ nya, yaitu uang. Orang seperti ini jika diminta datang ke gereja pagi2 jam setengah 6 pagi menjadi ‘neraka’ yang begitu menyulitkan, meski ia sudah bertahun2 ke gereja. Jika seorang focus hidupnya adalah bersenang2 dan mencari pacar, maka ia rela tidak tidur dan mengeluarkan banyak uang demi pacarnya, tetapi jika gereja membutuhkan dana untuk perkembangan pekerjaan Tuhan, ia sama sekali tidak tertarik untuk berbagian. Jika pacarnya minta tolong, subuh2 pun ia akan bangun, jika gereja memanggil kita, kita selalu yang terakhir memberi diri. Banyak lagi fokus2 hidup lainnya yang tidak sejalan dengan yang Allah kehendaki. Kita harus jujur dengan diri sendiri terhadap semua keadaan ini. Terbukalah di hadapan Allah. Ada apa dengan orang Kristen?? Dan kita dapat melihat, bukankah orang2 seperti ini banyak terdapat di gereja.
Dunia telah berhasil membuat berjuta2 orang Kristen terlena dan meninggalkan Tuhan, secara perlahan tapi pasti. Seperti perumpamaan Kristus tentang bibit di tengah semak berdiri yang akhirnya terhimpit. Terhimpit oleh dunia. Dan hal ini dimulai dengan focus hidup. Harta, tahta (kehormatan), dan wanita (cinta) (dunia atau materi) menjadi focus kenikmatan hidup orang dunia, tetapi kemudian yang diadopsi oleh banyak orang Kristen. Kekristenan tidak menyangkali bahwa kita anak2Nya memerlukan semua ini, tetapi menentang orang2 yang menjadikan semua ini ‘allah-allah’ atau ‘mamon’ di dalam hidup orang Kristen. Lihatlah kanan kiri saudara…betapa banyaknya orang Kristen yang duniawi.. Alkitab memberikan prinsip bahwa orang Kristen yang hidup dengan focus duniawi adalah orang2 yang tidak menerima dirinya sendiri sebagai warganegara sorga. Satu hal yang perlu kita tahu bahwa tidak ada standar ideal yang berlaku universal dalam hal penampilan lahiriah, tetapi ada standar ideal yang berlaku universal dalam hal kualitas karakter rohani (dalam konteks geraja yang am/universal). Misalnya, cara berpakaian orang Kristen Indonesia berbeda dengan orang Kristen di timur tengah, tetapi kita mempunyai nilai rohani yang sama. Jadi, mengapa banyak orang Kristen yang menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk aksesoris lahiriah? Dengan demikian, yang perlu kita kejar sesungguhnya bukanlah sesuatu yang temporal dan local melainkan yang melampau waktu dan tempat (1 Yoh 2:16-17)
Apakah yang Allah kehendaki dan inginkan dari orang Kristen? Allah mengkehendaki orang Kristen harus lebih mengejar sesuatu yang bersifat rohani, serupa dengan karakter Kristus, tentunya hal ini dengan kuasa Roh Kudus dan anugerah Tuhan. Allah menginginkan umatNya tidak tergantung pada hal-hal yang indah secara fisik, tetapi kemampuan untuk mengalami karater Kristus dalam hidup, serta berkembang dalam kualitas rohani lebih daripada hal-hal fisik, karena sukacita dan kesenangan Kristen ada di dalam memiliki kualitas-kualitas rohani ini, yaitu serupa dengan karakter Kristus. Seperti Paulus mengatakan bahwa yang terpenting dalam hidupnya adalah Kristus (Fil. 1:21) dan ia mengalami sukacita dan kekuatan yang besar dalam hidupnya, menjadi teladan dan diingat sepanjang masa akan teladan hidupnya. Mengapa banyak orang Kristen yang tidak bersukacita dan lemah, mudah menyerah dan bersungut, serta setelah ia meninggal dunia, tidak ada yang mengenangnya setelah 5 tahun berlalu? Karena ia tidak mengalami dan mendalami karakter Kristus dengan sejati serta mengejar kualitas rohani daripada hal2 fisik.
Jadi, orang yang menerima dirinya adalah orang yang mengejar nilai rohani lebih daripada fisik. Apakah yang engkau kejar dalam hidupmu yang singkat (Pengkhot.6 :12)?


Oleh : Ev. Pangsuri

Penerimaan Diri II - Komsel Minggu I Maret 2009


Bagian ini merupakan kelanjutan dari tema bulan lalu tentang penerimaan diri bagian pertama. Tema ini menjadi menarik karena perlu kita ketahui bahwa tema ini jarang dibahas di gereja2 umumnya. Mengapa? Karena tema ini bersifat membongkar diri, kekurangan, dan kelemahan diri. Lalu? Ya, dengan demikian orang Kristen dibawa kepada titik untuk terbuka (self openness) dan hal ini bukan menjadi hal yang mudah dilakukan. Banyak yang berpikir bahwa dengan terbuka (open) nanti kelemahan saya akan diketahui, dan jika demikian, saya tidak dihormati lagi. Hal ini berarti, orang ini mengejar kehormatan diri. Orang ini sesungguhnya adalah orang yang sombong karena ia mau dilihat selalu baik. Padahal Paulus sebagai seorang rasul justru membukakan semua kelemahannya di dalam banyak suratnya, dan ia dihormati. Jadi pemikiran bahwa terbuka (open) adalah awal tidak dihormati adalah salah di dalam terang Alkitab (meski kita juga harus bijaksana dalam terbuka – hal ini tergantung konteks, tetapi intinya adalah terbuka). Dan hal ini tidak berhenti sampai disini, melainkan setelah open, orang Kristen harus berani mengakui kelemahan, kekurangan, dosa, bahkan jika memungkinkan segala hal yang ia sembunyikan. Dan hal ini menuntut kejujuran, bukan sandiwara. Dan setelah ini, bersedia dikoreksi oleh Allah sendiri. Dan setelah dikoreksi, ia akan menjadi orang yang diberkati dan dipakai Allah dengan leluasa. Akhirnya, ia akan memuliakan Allah. Bukankah hidup orang Kristen adalah untuk kemuliaan Allah? Banyak orang Kristen yang pandai, baik rupa dan lainnya tetapi tidak dipakai Allah, mengapa? Karena ia tidak melewati tahap2 di atas. Ini merupakan beberapa tahap yang harus dilalui oleh mereka yang mendengarkan FT, dan mereka harus memberikan respon (positif – makin kenal Tuhan atau negative – stag iman).
Setelah bulan lalu membongkar siapa diri kita dan masalah diri (Self Rejection), sekarang telah masuk ke tingkat membangun (rekonstruksi) diri. Hal ini tidak mudah tetapi juga tidak sesulit yang dibayangkan. Yang diperlukan disini hanyalah Iman dan ketaatan (trust and obey), inilah yang Allah minta.
Di dalam Penerimaan Diri 2 ini, ditekankan tentang keberadaaan orang Kristen yang mempunyai seperangkat hal di dalam dirinya yang telah diletakkan Allah sebelum ia dilahirkan, yang ia tidak dapat ubah, misalnya warna kulit, bentuk wajah, keluarga, sifat dasar dll. Yang terpenting dalam bagian ini adalah RESPON YANG BENAR DI HADAPAN ALLAH. Kita tidak perlu mengubah warna kulit kita seperti yang dilakukan Michael Jackson, karena apakah hal tersebut memberikan nilai lebih baginya di hadapan Allah?? Jelas tidak. Yang perlu di dalam hal ini adalah kita MENERIMA HAL-HAL YANG TIDAK DAPAT DIUBAH TERSEBUT. Sulit?? Ya, pasti ada hal2 yang kita tidak puas dari hal-hal tersebut. Tetapi percayalah, Allah hendak berkarya dalam hidupmu melalui segala hal tersebut, bahkan yang kita dan orang lain anggap sebagai kekurangan. Lihatlah Tukul, apakah ia ganteng seperti coverboy yang seperti yang ia akui? Tetapi ia bisa menerima kekurangannya dan mengolahnya dengan baik menjadikah keuntungan bagi dirinya. Tetapi penerimaan diri Kristen berbeda dengan konsep Tukul karena Tukul berpola pikir humanis (berpusat pada diri), tetapi Kristen mengolah dan menggunakan kekurangan untuk KEMULIAAN ALLAH (baca tentang orang buta sejak lahirnya dalam Yoh.9: 1-3), hal ini tidak dimiliki Tukul pastinya. Inilah penerimaan diri Kristen.
Ingat, Allah mempunyai tujuan bagi setiap kita. Ia tidak menciptakan kita secara kebetulan atau karena orangtua kita, melainkan Allah ingin memakai hidup kita sebagai alat kemuliaanNya. Maukah engkau dipakai Allah? Mulailah dengan menerima diri.
Ingatlah, tidak ada orang yang sempurna di dalam dunia ini. Hanya Allah yang sempurna. Orang Kristen juga bukanlah orang yang sudah sempurna, tetapi masih di dalam proses pembentukan Allah. Tangan Allah sedang menggodok dan berkarya dalam hidup kita, meski kita seringkali tidak melihatnya. Boleh dikatakan bahwa Allah seperti sedang membuat lukisan. Di dalam lukisan tidak hanya ada warna terang seperti merah, biru, kuning, hijau dan lainnya. Sebuah lukisan yang indah mempunyai berbagai warna, termasuk warna hitam. Perhatikan dengan seksama, hampir di semua lukisan yang indah ada warna hitam, setidaknya untuk bayangan. Sebagaimana hidup kita sebagai orang Kristen, kita tidak dapat hanya menginginkan warna terang di dalam hidup kita, tetapi juga warna gelap seperti hitam. Warna terang bagaikan semua hal yang menyenangkan dan kita sukai, tetapi warna gelap bagaikan penderitaan dan kesulitan hidup. Jika kita hanya menghendaki yang terang, maka ‘lukisan hidup’ kita tidak menjadi indah, bahkan bukan lukisan. Jadi, Allah sedang ‘melukis’ di dalam hidup kita, anak-anakNya. Allah adalah seniman sejati. Ia yang telah menjadikan semesta dan isinya dengan indah (lihatlah pemandangan yang indah, itu adalah buatan Allah), Ia juga yang melukis hidup kita. Bagian kita adalah tidak mengeluh/bersungut, tetapi mempercayakan hidup kepadaNya. Ini adalah tentang penyerahan diri. Tentang hati. Tentang iman.
Dunia melihat luar, tetapi Allah melihat hati (1Sam. 16:7). Allah tidak melihat kekuranganmu, ia ingin memakaimu apa adanya kamu, jika engkau berserah hati padaNya. Jadi, jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan (Ams. 4:23). Beresponlah dengan benar di hadapan Allah. Dengan demikian, engkau menerima dirimu dan engkau akan dipakai Allah sebagai AllahNya.
Apakah engkau berespon dengan benar di hadapan Allah atas semua kekuranganmu?


Oleh : Ev. Pangsuri

HATI NURANI - Komsel Minggu 2 April 2009


Pada waktu Allah menciptakan manusia dari debu tanah, Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, jadilah manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hati nurani yang bersih. Tetapi sesudah manusia jatuh dalam dosa, hati nurani manusia telah dicemarkan dosa. Hati nurani dalam keadaan tertutup oleh kotoran-kotoran (dosa) yang menutupnya. Dalam keadaan yang demikian, yang keluar bukan suara hati nurani melainkan emosi. Manusia lebih mendengarkan suara iblis sehingga di dalam dunia ini penuh dengan kejahatan. .
Setelah seseorang percaya Tuhan, hati nurani memegang peranan yang penting dalam kehidupan orang Kristen. Hati nurani biasanya dikenal sebagai suara hati dari Allah dimana melaluinya pikiran kita menyatakan sesuatu itu dosa atau tidak. Ada dua unsure di dalam hati nurani:
Kesadaran akan yang benar dan yang salah
kemampuan secara mentalitas untuk mengaplikasikan hukum-hukum, norma-norma dan aturan-aturan pada situasi yang kongkrit.
Dalam Roma 2:15 Paulus mengajarkan bahwa Allah telah menulis hukumNya di hati manusia. Hati nurani manusia telah diberikan informasi teng hokum Allah melalui pernyataan Allah, yang telah Dia tanamkan dalam hati manusia. Manusia mempunyai tanggung jawab moral untuk mengikuti hati nurani mereka.
Hati nurani bias menjadi tumpul oleh karena dosa yang kita lakukan berulang-ulang. Kita menjadi keras hati oleh karena dosa yang biasa kita lakukan, atau oleh karena masyarakat telah menganggap bahwa dosa itu tidak apa-apa sehingga kita membuat hati nurani tidak berfungsi lagi dan kita berbuat dosa tanpa merasa bersalah. Oleh sebab dalam melakukan sesuatu kita harus mendasarkan hati nurani atas firman Allah.
Dalam pelayanan kita harus mempunyai hati nurani yang murni, jikalau tidak kita akan melakukannya dengan motivasi kita sendiri, keinginan sendiri bukan berdasarkan apa yang diinginakan Tuhan. Jikalau tanpa hati nurani yang murni, pelayanan kita akan berhenti di tengah jalan, tidak diperkenan oleh Tuhan. Dan menyebabkan kesombangan pada diri sendiri. . Marilah kita sebagai anak Tuhan kita memiliki hati nurani yang murni dalam pelayanan.


Ev. Pangsuri

OTORITAS GEREJA - Komsel Minggu II April 2009


Kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis “Igreja” yang diterjemahkan dari kata Yunani "Ekklesia" yaitu 'Jemaat' yang artinya adalah dipanggil keluar. Kita adalah umat Tuhan yang telah dipanggil keluar dari kegelapan dunia untuk hidup di dalam terang Allah.
Gereja dalam arti Kristiani muncul pertama kali di Yerusalem setelah kenaikan Yesus ke Surga. Bagian terbesar gereja itu terdiri dari kelompok murid Yesus yang berasal dari Galilea dan merekal yang menyambut pemberitaan para rasul di Yerusalem. Mereka melakukan pembaptisan dalam nama Yesus, kehadiran mereka teratur pada kumpulan-kumpulan dyang diadakan oleh para rasul untuk mengajar mereka, dan persekutuan atas dasar kekeluargaan yang oleh Lukas dilaporkan sebagai memecahkan roti dan berdoa ( Kis 2: 41-46) Pemimpin pertama gereja adalah 12 rasul khususnya Petrus karena dia diminta oleh Tuhan Yesus untuk menggembalakan domba-dombanya. Kemudian digantian oleh Yakobus dan melalui perkabaran injil jemaat mula-mula khususnya Paulus akhirnya gereja bertumbuh di tempat luar selain di Yerusalem.
Gereja Katolik menganggap Petrus sebagai peminpin gereja yang pertama karena menerima kuasa dari Yesus (Mat 16:18,19) dan kemudian muncullah pemimpin tertinggi yang disebut Paus. Paus memegang kekuasaan mutlak. Setelah Martin Luther mengadakan Reformasi dan akhirnya muncul gereja Protestan.
Dari gereja mula-mula mulai sudah ada yang namanya organisasi gereja dan pemimpin gereja yang berfungsi untuk mengatur gereja supaya tidak terjadi kekacauan dalam gereja bahkan firman Tuhan dalam I Timotius 3:1-7 dituliskan syarat-syarat bagi penilik jemaat. Dalam I Timotius 3:8-13 dituliskan syarat-syarat bagi diaken. Gereja harus ada pemerintahan gereja untuk mengatur kehidupan umatnya. Secara umum bentuk pemerintahan gereja dibagi menjadi 4 macam yaitu :
Monarkial adalah bentuk pemerintahan gereja di mana kuasa atau wibawa tertinggi ada pada satu orang saja.
Episkopal yaitu bentuk pemerintahan gereja dimana yang berwibawa adalah Pendeta Agung. Kedudukan kaum rohaniwan diklasifikasikan melalui tingkat-tingkat.
Presbiteral yaitu bentuk pemerintahan gereja yang dipimpin oleh penatua-penatua. Setelah dipilih, penatua-penatua berfungsi sebagai wakil anggota-anggota jemaat dan dengan ldemikian pada tingkat penatua-penatualah kuasa atau weweng itu berfungsi dalam gereja.
Kongregasional yaitu bentuk pemerintahan gereja bebas karena dikatakan bahwa setiap gereja bebas dari kuasa wewenang gereja atau badan pemerintah yang lain.
Pada zaman Perjanjian Lama Allah mentapkan suku Lewi dalam pelayanan di Bait Allah. Pada zaman sekarang Allah mentapkan hamba-hamba Tuhan untuk melayani di gereja dan ada juga majelis gereja yang sudah ditetapkan Allah yang mempunyai otoritas untuk memutuskan hal-hal yang penting untuk kemajuan gereja bukan dengan semena-mena tetapi dengan pertimbangan yang sematang-matangnya. Kita harus menghargai dan tunduk kepada mreka yang sudah dipilih Allah untuk pelayanannya.

Oleh : Ev. Pangsuri

OTORITAS PEMERINTAH - Komsel Minggu 1 April 2009


Dalam Rm 13:1 ditegaskan bahwa tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan dengan kata lain pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah. Apakah ini berarti pemerintahan Hitler di Jerman, Pol-Pot di Kamboja, Lenin dan Stalin di Rusia yang bertindak dengan bengis kepada rakyatnya juga berasal dari Allah? Alkitab tidak bermaksud demikian. John Calvin dalam penafsirannya atas bagian ini menyatakan bahwa pemerintah dalam konteks ini bukan menunjuk kepada sebuah rezim pada masa tertentu atau pribadi tertentu melainkan kepada institusi pemerintah itu sendiri secara umum.
Semula Allah menciptakan dunia dengan rancangan yang sempurna. Ia menciptakan segalanya selama enam hari dan manusia yang diciptakannya pada hari yang keenam ditempatkannya di Taman Eden untuk melayani Dia. Allah memberikan mandat kepada manusia untuk berkuasa atas ciptaan lainnya tetapi tidak untuk menguasai sesamanya karena yang berkuasa atas manusia adalah Allah sendiri. Dengan demikian bentuk pemerintahan menurut rancangan penciptaan adalah teokrasi dimana Allah langsung memerintah ciptaannya.
Dosa telah mengakibatkan relasi antar manusia menjadi rusak. Dalam Kej.3:17 Allah mengutuk Hawa dengan mengatakan Adam akan berkuasa atas dirinya dan disinilah pertama sekali manusia dapat berkuasa atas sesamanya. Dosa juga telah merusak manusia sebagai peta dan teladan Allah sehingga manusia yang tadinya dirancang untuk memuliakan Allah kini segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej.6:5). Dosa telah menjadikan manusia menjadi hewan buas di dalam dunia
Kondisi ini sangat berbahaya bagi dunia. Bayangkan jika dua hewan buas yang lapar dimasukkan dalam satu kandang maka pasti akan bertengkar tanpa henti sampai salah satu diantara mereka mati. Demikian halnya dengan manusia berdosa yang lapar dengan kekuasaan kini berada dalam satu dunia dengan wilayah yang berbeda-beda, apa yang akan terjadi? Tentu saja peperangan yang tanpa henti—dan alam semesta menjadi hutan rimba, tidak ada yang mengendalikan.
Itulah sebabnya Allah mengangkat pemerintah-pemerintah untuk menahan efek yang ditimbulkan oleh dosa tersebut serta memelihara kelangsungan hidup alam semesta dan manusia yang ada di dalamnya. Itulah sebabnya alam semesta sekalipun telah jatuh ke dalam dosa masih terpelihara. Ini namanya anugerah umum, dan dengan kata lain pemerintah merupakan anugerah umum Allah untuk memelihara alam semesta. Tanpa hukum dan pemerintahan, dan tanpa otoritas yang berkuasa, akan sungguh-sungguh menjadi neraka di bumi; atau setidaknya merupakan sebuah pengulangan dari apa yang pernah ada di bumi ketika Allah menegggelamkannya dengan air bah, ras pertama manusia yang bobrok.
Berdasarkan pandangan Alkitab tugas pemerintah pertama-tama adalah sebagai hamba Allah barulah kemudian menjadi hamba rakyat. Adapun tugas melayani rakyat merupakan sebuah mandat ilahi bagi mereka inilah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus saat ia mengatakan “pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu”(Rm 13:4).
Otoritas untuk memerintah manusia tidak mungkin berasal dari manusia kecuali kuasa tersebut diberikan atasnya oleh anugerah Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada Pilatus, penguasa pada saat itu “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. (Yoh 19:11). Dengan demikian kita harus menghormati pemerintah semata-mata karena itu berarti menghormati Allah.
Oleh : Ev Pangsuri